Ichi Rittoru No Namida


Ichi Rittoru no Namida atau yang sering dikenal dengan 1 Liter of Tears adalah sebuah drama Jepang yang sangat bagus. Film ini dibuat pada tahun 2006 dan cukup sukses saat diputar di negeri Sakura, One Liter of Tears memperkenalkan pemirsa pada kehebatan akting Erika Sawajiri yang begitu pas memerankan setiap gerak-gerik si tokoh utama yang dikisahkan menderita penyakit syaraf langka. Selain itu, masih ada nama aktor muda seperti Ryou Nishikido sebagai Haruto Asou yang begitu setia menemani Aya hingga akhir hidupnya.

Selain jalan ceritanya yang membuka mata penonton untuk lebih menghargai kehidupan, yang tidak boleh dilupakan adalah dua lagu yang menghiasi One Liter of Tears. Yang pertama adalah Konayuki milik Remioromen yang dibawakan dengan tempo cepat, sementara yang kedua adalah Only Human yang dibawakan penyanyi asal Korea K yang syairnya begitu puitis.


1 Litre of Tears´ bersumber dari sebuah kisah nyata tentang seorang gadis bernama Aya Kitou yang didiagnosa terkena penyakit Spinocerebellar ataxia atau Spinocerebellar degeneration (SCD) pada umur 15 tahun. SCD, merupakan suatu penyakit yang mengakibatkan pengecilan suatu bagian dari otak yang bernama Spinocerebellar. Penyebabnya belum diketahui. Penderitanya bertahap akan mengalami kesulitan dalam berjalan, menulis, makan, berkomunikasi, dll. Dengan kata lain, lumpuh secara perlahan-lahan. Percepatan penyakit ini berbeda-beda pada setiap inividu. Pada kisah ini Aya Kito meninggal dunia 10 tahun kemudian.

Semangat untuk terus berjuang hingga akhir hayat sangat memberikan inspirasi jika kita menghayatinya. Dalam versi doramanya, film ini terfokus pada Ikeuchi Aya (Sawajiri Erika), seorang siswi 15 th yg baru diterima di sebuah SMA terkemuka. Aya adalah anak tertua dari 4 bersaudara. Ayahnya adalah seorang penjual tofu (tahu), sedangkan ibunya bekerja di kantor kesehatan masyarakat. Aya bisa dibilang seorang gadis yang sempurna. Dia pintar, rajin, periang, cantik dan anak yang baik. Ketika dia sedang menjalani masa-masa yang paling menyenangkan, dia harus berjuang untuk bertahan. Keahliannya dalam bermain basket pun harus terhenti karena kakinya yang mulai susah digerakkan dan membuatnya sering terjatuh menyebabkannya harus berhenti dari extra basket di sekolahnya. Meski orang tuanya mencoba untuk menyembunyikan penyakitnya, Aya berhasil mencari tau dan menemukan jawaban dari keanehan yang ada pada tubuhnya. Semakin lama, kakinya tidak berfungsi dengan baik, hingga akhirnya dia harus berjalan di kursi roda dan dipindahkan ke sekolah orang-orang cacat. Dalam kesedihannya, Aya tetap berjuang untuk terus maju. Dia terus menulis buku harian yang mengexpresikan perasaannya. Buku harian itu telah menyentuh hati orang-orang yang membacanya hingga akhirnya memutuskan untuk menerbitkan buku harian tersebut. Melalui buku harian yang berhasil ditulisnya dengan susah payah, Aya berhasil membuat orang-orang yang patah semangat dalam menghadapi penyakitnya bangkit kembali. 1 Litre of Tears´ memberikan sebuah inspirasi besar, dimana kita harus menggunakan waktu kita sebaik mungkin sebelum mati. Dalam keadaan normal, kita selalu beranggapan bahwa umur kita masih panjangggggggggg. Padahal !!! Hanya Allah yang tau umur seseorang.

Oh..... benar-benar film yang menyedihkan........... aku sungguh terharu. Udah berapa kali aku nonton film ini, tapi masih tetep nagis juga. hikshiks...... :c

0 Comment:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com